BAB I
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Appendisitis akut adalah penyakit radang pada appendik vermiformis yang terjadi secara akut. Appendiks atau umbai cacing hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti, namun sering menimbulkan keluhan yang mengganngu. Appendiks merupakan tabung panjang, sempit (sekitar 6-9), mengahasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir ini secara normal dicurahkan dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke secum. Bila ada hambatan dalam pengaliran lendir tersebut maka dapat mempermudah timbulnya appendicitis (radang pada appendiks). Didalam apppendiks juga terdapat immunoglobulin, zat pelindung terhadap infeksi dan yang banyak terdapat didalamnya adalah Ig A. selain itu pada appendiks terdapat arteria apendkiularis yang merupakan endartery. Appendiks dapat mengenai semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Namin sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
B. Etiologi
Terjadinya appendiks akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali factor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi pada lumen appendik. Obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan oleh adannya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, penyakit caing parasit, benda asing dalam tubuh, kanker primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen appendiks adalah fekalit dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyebab lain yang diduga menimbulkan appendisitis adalah ulserasi mukosa appendiks oleh parasit E. histolytica.
C. Patogenesis
Terjadinya appendicitis akut umumnya karena bakteri. Namun, terdapat banyak sekali factor pencetus terjadinya hal itu. Tanda patogenetik primer diduga karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit). Sumbatan dari lumen appendiks yang menghambat pengeluaran mukus akan mengakibatkan pembengkakan, infeksi dan ulserasi. Tumor appandiks juga dianggap memiliki andil terhadap munculnya apendisitis. Penelitian terakhir menemukan bahwa ulserasi mukosa akibat parasit seperti E. hystolitica, merupakan langkah awal terjadinya apendisitis pada lebih dari separuh kasus, bahkan lebih sering dari sumbatan lumen. Makanan rendah serat juga memiliki kemungkinan menimbulkan apendisitis. Tinja yang keras pada akhirnya akan menyebabkan konstipasi yang akan meningkatkan tekanan didalam sekum sehingga akan mempermudah timbulnya penyakit itu. Apendisitis dapat menyerang siapa saja, segala umur dan pada semua jenis kelamin.
Nyeri Appendicitis
Nyeri dari visera seringkali secara bersamaan sering dilokalisasi didua daerah permukaan tubuh karena nyeri dijalarkan melalui nyeri alih visceral dan nyeri langsung parietal.
Mekanisme :
1. Impuls nyeri yang berasal dari appendix akan melewati serabut-serabut nyeri viseral saraf simpatik dan selanjutnya akan masuk ke medula spinalis kira-kira setinggi thorakal X sampai thorakal XI dan dialihkan ke daerah sekeliling umbilicus (menimbulkan rasa pegal dan kram)
2. Dimulai di peritonium parietal tempat appendiks meradang yang melekat pada dinding abdomen. Ini menyebabkan nyeri tajam diperitoneum yang terisi dikuadran kanan bawah abdomen.
D. Gambaran Klinis
Selain gejala klasik ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dari appendicitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak appendiks ketika meradang. Berikut ini gejala yang timbul :
- Bila letak appendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum (terlindung oleh sekum), tenada nyeri prrut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat berjalan, bernapas dalam, batuk dan mengedan. Nyeri ini tmibul karena adanya adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal.
- Bila appendiks terletak di rongga pelvis
- Bila appendiks terletak didekat atau menempel pada rectum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare)
- Bial appendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih karena rangsangan didindignnya.
E. Pemeriksaan
- Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : pada appendicitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.
- Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila di tekan akan terasa nyeri. Dan bila ditekan lepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosis dari appendicitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda rovsing (Rovsing Sign). Dan apabila tekanan diperut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg.
- Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakuakan pada appendicitis, untuk menentukan letak appendiks, apabila letaknya sulit diketahuii. Jika dilakukan pemeriksaan ini dan terasa nyeri, maka kemungkinan appendiks yang merangsang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan ini merupakan kunci diagnosis pada appendicitis pelvika.
- Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator : Mengetahui letak appendiks yang meradang. Uji psoas ini dilakukan dengan rangsanga otot psoas lewat hiperektensi sendi punggul kanan atau fleksi aktif sendi pungguk kanan, kemudian paha kanaan ditahan. Bila appendik yang meradang kontak dengan m.obturator internus yang merupakan dinding punggung kecil, maka tindakan ini akan menimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendiks pelvika.
F. Pemeriksaan Penunjang.
- Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif (CRP). Pada pemeriksaan darah lengakap ditemukan jumlah leukosit anatara 10.000 – 20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75 %, sedangkan pada CRP ditentukan jumlah serum yang meningkat.
- Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pada pemeriksaan ultrasonografi ditemukan bagian memajang pada tempat ayng terjadi inflamasi pada appendiks. Sedangkan pada pemriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan appendikalit serta perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.
G. Diagnosis
Diagnosis appendicitis akut dilakukan secara cermat dan teliti. Kesalahan diagnosis lebih sering terjadi pada wanita. Hal ini disebabkan karena wanita sering timbul nyeri yang menyerupai appendicitis akut, mulai dari genital (karena proses ovulasi/menstruassi), radang dipangggul, atau penyakit kandungan lainnya. Hal ini sering menjadi terlambatnya diagnosis sehingga lebih dari separuh penyakit baru dapat didiagnosis setelah perforasi
H. Pengobatan
Bila diagnosis sudah pasti, maka terapi yang paling tepat dengan tindakan operatif.
- Operasi terbuka : satu sayatan akan dibuuat (sekitar 5 cm) dibagian bawah kanan perut. Sayatan akan bertambah lebih besar jika appendicitis sudah mengalami perforasi
- Laparoskopi : sayatan dibuat dua sampai empat buah. Satu didekat pusar, yang lainnya disekitar perut.
Pada laparoskopi berbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalm perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan ditempat lain. Pengangkatan appendiks, pembuluh darah dan bagian dari appendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat
INFEKSI NOSOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terdapat dalam sarana kesehatan. Sebetulnya rumah sakit memang sumber penyakit dan infeksi yang terjadi di rumah sakit terjadi dengan angka yang cukup tinggi.
Rantai penularan Nosokomial.
Kuman keluar dari sumber melalui tempat tertentu, kemudian dengan cara penularan tertentu masuk ke tempat tertentu pasien lain. Karena banyak pasien di rumah sakit rentan terhadap infeksi sehingga mereka dapat jatuh sakit. Selanjutnya, kuman penyakit ini keluar dari pasien tersebut dan meneruskan rantai penularan lagi.
Teknik Isolasi
Sesuai dengan kebijakan yang dikembangkan pada 1970, semua pasien yang diketahui terinfeksi penyakit menular melalui tes wajib isoalasi Kebijakan ini menentukan kategori isolasi berdasarkan sifat infeksinya (daya menular, ganas).
Teknik isolasi untuk mengurangi jumlah infeksi nosokomial menimbulkan berbagai tanatangan antara lain:
· Semakin banyak tes harus dilakukan maka semakin banyak pasien yang diisolasi
· Hasil tes sering diterima terlambat
· Biaya sangat tinggi
· Stigma dan diskriminasi meningkat bila hanya pasien yang dianggap beresiko tinggi dites untuk menekankan biaya
· Hasil tes dapat negative palsu
· Sangat sulit menjaga kerahasiaan.
Unsur kewaspadaan universal yang melindungi terhadap infeksi nosokomial antara lain :
· Cuci tangan
· Pakai alat pelindung yang sesuai
· Pengelolaan alat tajam (disediakan tempat khusus untuk membuang jarum suntik)
· Dekontaminasi, sterilisasi, disinfeksi
· Pengelolaan limbah
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
I. Identitas Pasien
Nama : Sdr A
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Gambira No 262 40/10, Yogjakarta
II. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn S
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaa : TNI
Alamat : Gambira No 262 40/10, Yogjakarta
Hubungan dengan pasien : Ayah pasien
B. DATA UMUM
- Keluhan Utama : Nyeri pada daerah perut sebelah kanan bawah
- Riwayat Kesehatan Sekarang : Sdr A umur 20 tahun, post operasi apendicsitis hari ke 3, luka tampak basah dan bernanah dan di lakukan perawatn luka supaya tidak terjadi infeksi nosokomial.
- Riwayat kesehatan dahulu : Obstruksi pada lumen appendiks disebabaka adanya timbunan tinja yang keras, hiperplasi jaringan limfoid, ulsaerasi mukosa appendiks oleh parasit Ehistilica
- Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada yang punya penyakit yang sama
- Riwayat kesehatan lingkungan: Lingkungan temapat tinggal bersih
- Genogram
Keterangan :
: perempuan
: laki-laki
: klien
: tinggal satu rumah
C. POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Persepsi terhadap kesehatan:
Pasien yang menderita apendisitis tampak memiliki persepsi positif terhadap kesehatan dirinya, pasien terlihat mendukung penatalaksanaan teraupetik yang dianjurkan untuk mencapai kesembuhan Dalam hal ini tergantung dari tingkat keparahan penyakit tersebut, persepsi positif akan muncul pada diri pasien yang memilikii pengetahuan mengenai penyakit yang dideritanya.
b. Pola aktivitas latihan:
Aktivitas | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 |
Mandi | | | ü | | |
Berpakaian | | | ü | | |
Eliminasi | | | ü | | |
Mobilisasi di tempat tidur | | | ü | | |
Ambulansi | | | ü | | |
Makan | | | ü | | |
Keterangan:
0 : Mandiri
1 : Alat Bantu
2 : Dibantu orang lain
3 : Di bantu orang lain dan alat
4 : Tergantung total
c. Pola istirahat tidur
Pasien apendisitis akan mengalami gangguan dalam pola tidur dikarenakan oleh nyeri bagian bawah sebelah kanan, dan juga dapat dikarenakan nyeri luka pasca operasi.
d. Pola nutrisi metabolic
Adanya peradangan pada appendik maka akan menyebabkan pasien mengalami penurunan nafsu makan, mual ataupun muntah, sehingga pemenuhan nutrisi selama sakit tidak tercukupi
e. Pola eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK pada pasien appendisitis akan mengalami perubahan. Tergantung letak appendik yang mengalami radang, pasien dapat mengalami konstipasi, fekalit atau juga peningkatan frekwensi BAK
f. Pola kognitif perceptual
pasien sadar, mampu bicara secara normal tidak gagap, pendengaran dan penglihatan normal, tidak mengalami vertigo.
g. Pola konsep diri
Pasien apendisitis resiko mengalami gangguan dalam harga diri,ideal diri, identitas diri, gambaran diri, serta peran diri setelah dilakukan appendiktomi.
h. Pola koping
Pasien apendisitis umumnya akan mengalami kecemasan setelah dilakukan apendektomi. Pasien cemas bahwa setelah dilakukan operasi akan meninggalkan jaringan parut.
i. Pola seksual reproduksi
Pasien wanita dengan kasus apendisitis akan mengalami gangguan dalam siklus menstruasi , siklus haid akan tidak lancar.
j. Pola peran hubungan
Pasien dengan kasus apendisitis sangat memerlukan adanya hubungan yang harmonis dari keluarganya untuk mencapai kesembuhan optimal.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pada umunya pasien yang mengalami apendisitis tidak mampu untuk melakukan ibadah secara optimal.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : lemah dan tidak bisa beraktifitas
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Suhu : Hipertermi (> 370C)
Nadi : takikardi (>60 x/ menit)
R : Takepnea (>24 x / menit)
TD : Hipertensi (130/90 mmHg)
4. Pemeriksaan fisik secara head to toe
a. Kulit, rambut dan kuku
· Inspeksi
Warna kulit sawo matang, tidak ada lesi, rambut kulit tipis, kulit kepala dan rambut kotor. Warna kuku merah muda dengan bentuk normal, kuku panjang dan kotor
· Palpasi
Suhu tubuh hipertermi, kulit kering, dengan tekstur kulit kasar, dan turgor kering.
b. Kepala
· Inspeksi
Muka simetris,rambut hitam, serta kulit kepala dan rambut kotor.
· Palpasi
Tidak ada lesi ada kulit kepala dan tak ada deformitas pada bentuk kepala pasien
c. Mata
· Inspeksi
Bola mata berbentuk bulat. Konjungtiva baik, sclera berwarna putih, kornea jernih, iris gelap, pupil isokor, lensa mata jernih, ketajaman pengli hatan normal
· Palpasi
Tidak ada nyeri pada sekitar mata
d. Telinga
· Inpeksi
Bentuk telinga simetris, Liang telinga bersih, membran tympany normal
· Palpasi
Tidak ada gangguan pendengaran
e. Hidung
· Inspeksi
Hidung klien simetris, tidak ada secret, pendarahan maupun penyumbatan
· Palapasi
Sputum dan sinusitis normal
f. Mulut
· Inspeksi
Gigi pasien kotor, ovula,faring dan tonsil baik, lidah kotor dan bibir kering.
· Palpasi
Pipi, palatum dan dasar lidah tidak ada lesi
g. Leher
· Inspeksi
Bentuk leher proporsional, warna kulit leher sama dengan warna kuit tubuh lain,tidak ada pembengkakan pada leher
· Palpasi
Tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan trakea
h. Dada
· Inspeksi
Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dan warna kulit sama dengan warna kulit disekitar tubuh
· Palpasi
Tiada ada nyeri tekan, tidak ada peradangan
i. Paru-paru
· Perkusi
Bunyi resonan
· Auskultasi
Frekuensi nafas meningkat dan suara nafas vesikuler
j. Jantung
· Inspeksi dan Palpasi
Frekuensi jantung klien normal
· Auskultasi
Terdapat perubahan irama jantung,vasokulaer
k. Abdomen
· Inspeksi
Bentuk perut simetris, terdapat luka post operasi, luka basah dan bernanah
· Auskultasi
Peristaltik usus karena frekuensi makan yang kurang akibat sering muntah
· Perkusi
Bunyi perkusi tympany
· Palpasi
Perut ada nyeri tekan
l. Ekstermitas
Ektermitas atas bawah berfungsi dengan baik
m. Alat kelamin
Tidak ada kelaianan baik bentuk dan fungsinya
n. Muskuloskeletal
· Otot
Otot perut terlihat tegang
o. Tulang
Tidak ada devormitas pada tulang
q. Persendin
Persendian pada ekstermitas atas dan bawah berfungsi dengan normal
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Lab
- Sinar X
- Ultrasound
F. OBAT YANG DIBERIKAN
Pengobatan yang diberikan :
- Antibiotik untuk mencegah infeksi
- Aspirin untuk mengurangi kenaikan suhu
- Opioid (sulfat morfin) untuk menghilangkan nyeri
G. DATA FOKUS
- Pasien tampak lemah
- Pasien bedrest
- Wajah pucat dan menyeringai menahan nyeri
- Kunjuntiva pucat
- Terdapat luka post operasi pada perut bagian kanan
- Nyeri tekan pada abdomen kwadran kanan
- Membran mukosa kering
- TTV meningkat:
o suhu : >370 C
o nadi : >100x /menit
o Pernafasan : > dari 24x/ menit
- nafsu makan menurun
- terjadi penurunan frekwensi BAB
- Feses keras
- Luka tampak basah dan bernanah
- Cemas terhadap status kesehatan
- Raut wajah klien tegang
- Takikardi (>100 x/mnt)
- takipnea (>24 x/mnt)
- terdapat luka post operasi
- Kuku tampak kotor dan panjang
- Kulit kepala dan rmbut klien panjang
- Penampilan dan kebersihan buruk
- Mual dan muntah
- Turgor kulit jelek
- tidak nafsu makan
H. ANALISA DATA
NO | SYMPTOM | ETIOLOGY | PROBLEM |
1 | DO : - Nyeri tekan abdomen dengan nyeri kram pada kwadran kanan bawah - Muka klien menyeringai saat sakit - mata klien tampak sayu dan pucat | Agen Cidera Biologi | Nyeri Akut |
2 | DO : - Mual - Muntah - Nafsu makan berkurang - membran mukosa kering | Perubahan kemampuan untuk mencerna nutrisi | Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh |
3 | DO : - konjunctiva pucat -wajah pucat -muka terlihat menahan nyeri -pasien tampak lemas | kelelahan | Gangguan pola tidur |
4 | DO : - Klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hari -TTV meningkat diatas rentan normal -Pasien bedrest | Kelemahan secara menyeluruh | Intoleransi aktivitas |
5 | DO : - luka tampak basah dan bernanah - luka post operasi - hipertermi | Post operasi | Resiko infeksi |
6 | DO : - membran mukosa kering -turgor kulit jelek -pasien tampak lemas -suhu tubuh> dari normal | Peningkatan kebutuhan metabolik | Resiko Kekurangan volume cairan |
7 | DO: - terdapat luka pasca operasi pada abdomen sebelah kanan -terdapat perubahan warna kulit pada bagian luka bekas operasi -TTV meningkat. | Medikasi( pasca operasi) | Kerusakan integritas kulit. |
8 | DO : -suhu > dari normal -Pernapasan . dari normal - terdapat luka bekas operasi pada abdomen | Penyakit atau trauma | hypertermi |
9 | DO : - cemas terhadap status kesehatan - raut wajah klien tegang - takikardi (>100 x/mnt) - Takipnea (>24 x/mnt) - Terdapat luka post operasi | Perubahan Status kesehatan | Ansietas |
10 | DO : - kuku tampak kotor dan panjang - Kulit kepala dan rmbut klien panjang - penampilan dan kebersihan buruk | nyeri | Defisit perawatan diri |
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
2. hipertermi berhubungan dengan penyakit atau trauma
3. resiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi
4. resiko kekurangan cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik
5. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan perubahan kemampuan untuk mencerna nutrisi
6. gangguan pola tidur sehubungan dengan nyeri
7. intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan secara menyeluruh
8. kerusakan integritas kulit berhubungan dengan medikasi
9. defisit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
10. ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
INTERVENSI
NO DX | DIANGNOSA | TUJUAN | INTERVENSI | RASIONAL |
1 | Nyeri Akut berhubungan denga agen cidera biologis | Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang dengan kriteria hasil : - Pasien mengatakan penurunan skala nyeri dari skala nyeri 5 menurun hingga mancapai 1 /sampai dengan hilang - Pasien menunjukkan rasa rileks - Muka tampak segar, tidak lemas pucat ataupun menahan nyeri. - TTV berada dalam rentan normal. | - Kaji nyeri klien - Anjurkan teknik distriksi dan relaksasi - Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup - Kolaborasi dalam pemberian analgetik | - Berguna dalam mengawasi keefektifan obat dan kemajuan penyembuhan - mengalihkan perhatian klien - Analgetik dapat mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri - Dengan meningkatkan istirahat yang cukup dapat mengurangi rasa nyeri |
2 | Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Penurunan Intake makanan | Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam diharapkan gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil: - pasien tampak segar, tidak lemas. - Berat badan kembali normal. - adanya peningkatan nafsu makan. | - Kaji adanya alergi makanan - Jelaskan tentang pentingnya nutrisi yang adekuat - Sajikan makanan dalam keadaan masih hangat dan mengundang selera makan - Timbang berat badan klien sesuai indikasi | - Dengan mengkaji alergi makanan maka dapat merencanakan tindakan keperawatan - Karena nutrisi yang cukup sangat dibutuhkan oleh tubuh yang akan membantu penyembuhan dalam artian perbaikan kondisi - Dengan menyajikan makanan yang hangat dapat mengurangi rasa mual dan dapat mengundang selera dan nafsu makan - Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori,evaluasi keadaan rencana nutrisi |
3 | Gangguan pola tidur berhubungan dengan agen yeri | Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ....x24 jam diharapkan klien Dapat tidur dengan nyaman dengan KH: - melaporkan perbaikan dalam pola tidur/istirahat - pasien terlihat rileks | - berikan tempat tidur yang nyaman - tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi - ajarkan teknik relaksasi - ciptakan suasana yang nyaman - dorong posisi nyaman | - memberikan kenyamanan dalam tidur - menentukan tindakan yang akan dilakukan - mengurangi ansietas - memberi suasana yang kondusif - mencegah dekubitus dan meningkatkan kenyamanan |
4 | Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secra menyeluruh | Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ...x24 jam klien, melaporkan kelancaran dalam BAB, dengan kriteria hasil: - tidak adanya kelemahan ] - TTV normal | - Evaluasi respon klien terhadap aktivitas - Jelaskan pentingnya istirahat - Bantu aktifitas perawatan diri - Bantu pasien untuk menentukkan posisi yang nyaman untuk istirahat - Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung | - Menentukan tindakan yang akan dilakukan - Untuk menghemat energi - Meminimalkan kelelahan - Meningkatkan kenyamanan - Menurunkan stresdan rangsangan berlebihan |
5 | Resiko infeksi berhubungan dengan luka post opersi | - Setelah di lakukan tindakan perawatan selama ...X24 jam resiko infeksi dapat teratasi dengan kriteria : - Mempertahankan homeostatis bebas tanda-tanda infeksi - Mencapai penyembuhan tepat waktu bila ada luka | - Berikan perawatan septik dan anti septik - Observasi daerah yang mengalami luka dan kerusakan - Pantau suhu tubuh secara teratur | - Menghindari infeksi nosokomial - Mendeteksi dini perkembangan infeksi - Mengurangi adanya spesies pertahanan integritas kulit |
6 | Resiko kekurangan cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolik | Setelah dilakukan asuhan perawatan selama ..x24 jam diharapkan klien tidak terganggu lagi pola tidurnya dengan kriteria hasil : - Membran mukosa lembab - TTV normal - Turgor kulit baik | - Lihat membran mukosa ; kaji turgor kulit - Awasi pengeluaran dan masukan : catat warna urin, berat jenis - Awasi tekanan darah dan nadi - Berikan perawatan mulut - Berikan minuman jernih | - Indikator keadekuratan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler - Penurunan hakuran urin pekat dengan peninagkatan berat jenis yang diduga hidrasi - Mengidentifikasi fluktuasi volume intaravaskuler - Mencegah terjadi nya bibir / mucosa yang jelek - Meminimalkan kehilangan cairan |
7 | Kerusakan integritas kulit b/d nyeri | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam diharapkan klien mencapai penyembuhan luka dengan KH: - menunjukkan teknik untuk meningkatkan kesembuhan | - Berikan pengutan pada balutan awal - Gunakan teknik aseptik yangketat - Lepaskan perekat dan pemb alut secara hati-hati - Gunakan perekat yang halus - Periksa luka secara teratur dan catat karkteristik cairan luka | - Melidungi lika dari perlukaan mekanis - Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi - Memberikan perlindungan pada kulit - Mengontrtol luka |
8 | Hipertermi b/d penyakit | Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama ....x24 jam diharapkan klien suhunya turun dengan KH: - menghubungkan metoda pencegahan hipertermia - mempertahankan suhu tubuh normal | - ajarkan klien pentingnya mempertahankan masukan cairan ayng adekurat untuk mencegah dehidrasi - ajarkan pentingnya peningkatan masukan cairan selama cuaca hangat dan latihan - jelaskan kebutuhan untuk menggunakan pakaian yang kendur - ajarkan tanda awal hipertermi hindari aktifitas diluar ruangan antara pukul 11 dan 14 | - Untuk mengetahui tindakan yang akan dilakukan - Mengetahui perubahan suhu tubuh - Untuk menurunkan demam |
9 | Ansietas b/d status kesehatan | Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama ....x24 jam diharapkan klien mampu mengurangi kecemasannya dengan KH :
- menghubungkan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis - menggunakan mekan9sme koping yang efektif dalam menangani ansietas | - kaji tingkat ansietas - berikan kenyamanan dan ketentraman hati - ajarkan penghentian ansietas - gali interfensi yang menurunkan ansietas berikan aktifitas yang dapat menurunkan tegangan (misal aktivitas fisik dan permainanan) | - mengecek apakah klien normal atau cemas - memberi klien rasa senang - klien dapat berpikir rilmengetahui kemampuan klien menuyrunkan ansietas - menagajarkan klien agar selalu tenang dan rileks |
10 | Defisit Perawatan Diri b/d Nyeri | Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x 24 jam diharapkan klien : - mengidentifikasikan kesukaan dalam aktivitas perawata diri - mendemonstrasikkan kebersihan optimal setelah bantuana dalam perawatan diberikan - berpartisipasi secara fisik atau aktifitas perawatan diri sendiri | - tingkatkan partisipasi optimal - evaluasi kemampuan untuk brpartisipasi dalam setiap aktivitas perawatan diri - berikan dorongan untuk mengekpresikan perasaan tentang kurang perawatan diri | - Menjadikan klien mampu dalam perawatan diri - Menontrol kemampuan kliendalam beraktifitas secara mandiri - Mengetahui kemampuan klien secara baik akan kemandiriannya dalam perawatan diri |
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Appendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Kapita Selekta, 2000)
2. Penyebab Appendisitis :
Penyakit appendisitis biasanya ditimbulkan akibat tersumbatnya lumen appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing (seperti cacing, kotoran penderita yang mongering, biji jambu batu, biji cabe, tumor usus), striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya atau neoplasma. Sumbatan tersebut menyebabkan produksi lendir usus buntu tidak tersalurkan ke usus besar, dan berakibat pada pembengkakan serta terjadinya infeksi usus buntu. (Kapita Selekta, 2000)
3. Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri akut b/d distensi jaringan usus oleh inflamasi
2. Kurang volume cairan b/d muntah pra operasi
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d disfungsi usus
4. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d perforasi pada appendiks
5. Intoleransi aktifitas b/d tirah baring
6. Kerusakan integritas kulit b/d trauma bedah
7. Kurang perawatan diri b/d penurunan kekuatan dan ketahanan
8. Gangguan pola tidur b/d stres psikologis
9. Ansietas b/d perubahan status kesehatan
10. Kurang pengetahuan b/d tidak mengenal informasi
B. SARAN :
· Untuk menghindari terjadinya appendisitis maka setiap orang harus menjaga pola makannya dengan tidak banyak makan makanan yang banyak mengandung biji dan pedas.
· Pada penderita appendisitis lebih baik dilakukan pembedahan untuk memotong appendiks guna menghindari resiko kematian
DAFTAR PUSTAKA
Cope, Sir Zachary. 1989. Diagnosa dini Abdomen Akut.
Carpernito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan.
Santoso, Budi. ( 2005 ). Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. PRIMA MEDIKA: Jakarta.
Bruner & Suddrth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Media Aeculapius-FKUI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar