Sabtu, 13 Juni 2009

askep demam typoid

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dunia ksehatan saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat. Di Indonesia saat ini ditinjau dari epidemiologi, Indonesia tengah mengalami transisi epidemiologi penyakit, dan pada saat bersamaan dijumpai triple burden (Tiga Beban Kesehatan). Tiga masalah / beban kesehatan itu yaitu penyakit menular atau infeksi (Ispa, Diare, Demam Berdarah Dengue, Typoid, Hepatitis), penyakit degeneratif (Diabetes Melitus, Hiperensi), dan penyaki baru (flu burung, Sars, Aids) yang telah masuk ke Indonesia.
Demam typoid merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Salmonella thyposa yang menimbulkan infeksi pada usus halus dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan serta lesu. Typoid mudah menular dan setiap orang bisa terkena serangannya, dan kasus penularan yang tertinggi ditentukan pada anak-anak.
Demam Typoid disebabkan oleh banyak factor. Factor penyebabnya antara lain kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah, pengolahan makanan yang masih rendah, urbanisasi, keadaan sosio ekonomi yang masih rendah, pemeliharaan kebersihan pribadi (Personal Hygiene) yang kurang baik, makan makanan yang tidak bersih, air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan tidak dimasak mendidih, serta kebersihan lingkungan dan sanitasi lingkungan yang kurang.
Salah satu upaya penurunan angka kejadian demam typoid adalah pencegahan penyakit demam typoid. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan upaya peningkatan kesehatan (Promotif) dan upaya pencegahan penyakit (Preventif) baik itu untuk mencegah terjadinya penyakit demam typoid dan mencegah berulang kembali penyakit demam typoid.
B. Tinjauan Pustaka
1.1. Pengertian Demam Tifoid
Demam tifoid dan para tifoid merupakan penyakit infeksi akut usus talus
1.2. Etiologi
Etiologi demam tifoid adalah “Salmonella typhi”. Sedangkan demam paratifoid disebabkan oleh organisme yang termasuk dalam spesies “Salmonella enteritidis”, yaitu S.
1.3. Epidemiologi
Penyakit ini jarang ditemukan secara epidemik, lebih bersifat sporadis. Terpencar-pencar di sautu daerah, dan jarang terjadi lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun dan insidens tertinggi pada daerah endemik terjadi pada anak-anak.
1.4. Patogenesis
S. Typhi masuk tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plak payeri di ileum terminalis yang hipertrafi. S.typhi lain dapat mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus S.Typhi bersarang di plak payeri, limpa, hati.
1.5. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul yaitu : demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epitaksis.
1.6. Diagnosis
Biarkan darah positif memastikan demam tifoid, tetapi biarkan darah negatif tidak menyingkirkan demam tifoid. Biarkan tinja positif menyokong diagnosis klinis demam tifoid. Peningkatan titer uji widal empat kali lipat selama 2 – 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam :
1) Komplikasi : intestinal
a. Pendarahan usus
b. Perparasi usus
c. Ileus pamalitik
2) Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi kardiovaskuler ; kegagalan sirkulasi perifer (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
b. Komplikasi darah : Anemia hemolitik, trombositopenia
c. Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis
d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis
e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis
f. Komplikasi tulang : osteomielitis
g. Komplikasi neuropsikiatrik : meningitis, meningismus, delirium.
1.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid yaitu :
1) Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman antibiotik yang dapat digunakan.
a. Kloromfenikol : dosis pertama 4 x 250 mg, kedua 4 x 500 mg
b. Ampisilin / amoksisilin ; dosis 50 – 150 mg/kg BB. Diberikan selama 2 mingu
c. Katrimoksazol ; 2 x 2 tablet
d. Setrafalosporin generasi II dan III
2) Istirahat dan perawatan profesional ; bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
3) Diet dan terapi penunjang (simtomatis dan suportif)
Pertama pasien diberi diet bubur saring, kemudian bubur kasar, dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien.
1.8. Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi salmonella.
BAB II
LANDASAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
2.1. Asuhan Keperawatan
Menurut Depkes 1994 : 2 Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis dan menggunakan konsep dan prinsip ilmiah untuk mengkaji serta mendiagnosa masalah kesehatan klien, merumuskan tujuan yang ingin dicapai, menentukan tindakan dan mengevaluasi mutu serta hasil asuhan keperawatan.
2.1.1. Pengkajian
Merupakan tahap pertama dari proses keperawatan adalah mengumpul kan data akurat dan sistematis akan membantu penentuan status klien, serta merumuskan diagnosa keperawatan dalam pengumpulan data penulis, menggunakan metode-metode yaitu metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
2.1.2. Diagnosa Keperawatan
Merupakan pertanyaan yang menjelaskan status keperawatan dalam masalah aktual dan potensial. Perawat memakai proses perawatan dalam mengidentifikasi dan menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada tanggung jawabnya.
Menurut St. Carolus, Suriadi dan Rita Yuliani, 2001 : 281 – 284 : diagnosa keperawatan pada Typhus Abdominalis adalah :
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
3. Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat.
2.1.3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawtan klien.
DP I. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
Intervensi dan Rasionalisasi
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang demam
- Untuk mengetahui apakah keluarga mengerti tentang demam
2. Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, pernapasan
- Dengan mengobservasi vital sign berguna untuk mengetahui keadaan umum dan perkembangan penyakit
DP II Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
Intervensi dan Rasionalisasi
1. Jelaskan manfaat makanan / nutrisi bagi klien
- Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi
2. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat
- Dengan memberikan makanan porsi kecil tapi sering dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Timbang BB setiap hari
- Untuk mengetahui seberapa banyak penurunan berat badan klien selama sakit.

DP III Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan intake makanan yang tidak adekuat.
Intervensi dan Rasionalisasi
1. Kaji keadaan umum, pasien lemah, pucat, tachikardi, serta tanda-tanda vital
- Menetapkan data dasar klien. Untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normal.
2. Anjurkan klien untuk banyak minum
- Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh
DP IV Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat
Intervensi dan Rasionalisasi
1. Berikan Kompres dingin pada daerah axila dan lipatan paha
- Kompres dingin akan membantu penurunan suhu panas
2. Cipatakan lingkungan yang tenang dan sejuk
- Dengan menciptakan lingkungan yang tenang diharapkan klien dapat beristirahat dengan baik
3. Beri obat
- Untuk menurunkan suhu tubuh
2.1.4. Penatalaksanaan / Implementasi
Adalah : pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Beberapa tujuan pada implementasi adalah sebagai berikut :
1. Intervensi dilakukan sesuai dengan rencana
2. Keterampilan interpersonasi, intelektual, teknik dilakukan dengan cermat
3. Keamanan fisik dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien
Penatalaksanaan asuhan keperawatan pada klien “A” dengan Typhus abdominalis dilakukan dengan perencanaan yang telah ada.


2.1.5. Evaluasi
Evaluasi adalah : bagian terakhir dari proses keperawatan
DP I Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
Evaluasi : Klien bebas dari demam ditandai
- Klien tidak gelisah lagi
- Suhu tubuh kembali normal
DP II Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat.
Evaluasi : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
DP III Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan intake cairan yang tidak adekuat.
Evaluasi : Kebutuhan cairan elektrolit terpenuhi
DP IV Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat
Evaluasi : Rasa nyaman terpenuhi

BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN “A” DENGAN TYPHOID
DI RUANGAN EMERGENSI RUMAH SAKIT MUHAMMAD HOESIN PALEMBANG
TAHUN 2008

A. Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : “A”
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Masuk : 30 – 12 – 2008
Tanggal pengkajian : 01 – 12 – 2008
Suku bangsa : Palembang
Diagnosa Medix : Typhoid
Alamat : Sry kembang Kec muarakuang Kob Ogan ilir
II. Penanggung Jawab
Nama : Tn “B”
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Wira suwasta
Alamat : Sri kembang Kec muarakuang Kob Ogan ilir
Hub dengan klien : Anak kandung
III. Riwayat Penyakit
1. Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Klien mengeluh panas, muntah, pusing
2. Riwayat penyakit sekarang
Sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh demam, pusing, muntah, klien sudah berobat ke poliklinik dan spesialis Rumah Sakit Pertamina.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada waktu usia 8 bulan klien pernah sakit demam dan pernah berobat di RS. Pertamina kemudian sembuh
4. Riwayat penyakit keluarga
Anggota keluarga tidk ada yang menderita penyakit tsb.
Genogram



Keterangan
Laki-laki Perempuan Klien


IV. Diagnosa saat mauk Rumah Sakit
Typhoid Fever / Typhus Abdominalis
V. Pengkajian saat ini
1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi : klien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya
Pemeliharaan ksehatan : klien mengatakan ingin sembuh dan pulang ke rumah agar bisa bermain dengan adiknya.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
No Aktivitas Sebelum MRS Setelah MRS
1 Pola Aktivitas
a. Makan
Frekuensi
Bentuk
Jenis makanan
Napsu makan
b. Minum
Frekuensi
Jenis

3 x sehari
padat
nasi putih, lauk
ada

6 gelas sehari
air putih + susu

3 x sehari
lunak
bubur, lauk
tidak ada

3 - 4 gelas sehari
air putih + susu

2. Pola Eliminasi
BAB : Biasa
BAK : Biasa


3. Pola Istirahat
Frekuensi : 2 x
Lama tidur : siang 3 jam / malam 6 jam
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri
Mandi : Dibantu oleh orang lain
Makan : Dibantu
Berpakaian : Dibantu
BAB : Dibantu
BAK : Dibantu
VI. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu : 38,50C
Nadi : 120x / mnt
Pernafasan : 24x/mnt
b. Kepala
Bentuk : Simetris
Keluhan yang berhubungan : pusing
c. Mata
Ukuran pupil : Isokor
Reaksi terhadap cahaya : normal
Konjungtiva : tidak pucat
Fungsi penglihatan : Normal
d. Hidung
Reaksi alergi : klien tidak alergi
Pernah mengelami flu : pernah
e. Telinga
Bentuk : simetris
Fungsi pendengaran : baik/normal
f. Mulut
Kelainan : tidak ada
Fungsi perasa / pengecapan : baik
g. Kulit
Warna : sawo matang
Turgor : cukup / elastis
Kelainan : tidak ada
h. Pernafasan
Suara paru : Vesikuler
Pola napas : baik
Sputum : ada
i. Nutrisi
Jenis diit : Nasi bubur (diit lambung)
Nafsu makan : berkurang
Rasa mual dan muntah : Ada

j. Therapy
IVFD RL gtt xx/mnt
Amoxycilin 3 x 1 Sdo
Ambroxol 3 x 1 Sdo
Paracetamol 3 x 1 Sdo
Byolicin 1 x 1 Sdo

RENCANA KEPERAWATAN
Nama : “A”
Umur : 27 thn
Diagnosa Medik : Typhoid
Tgl Diagnosa Keperawatan Perencanaan
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
01-12-2008

01-12-2008 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat Tupan :
Klien bebas dari demam dan rasa nyaman tepenuhi
Tupen
Dalam waktu 3 x 24 jam suhu tubuh kembali normal
Kriteria, klien tidak gelisah lagi demam hilang
RR : 20x/mnt
N : 80x/mnt
S : 300C
Tupan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Tupen :
Dalam waktu 2 x 24 jam nafsu makan klien bertambah
Kiteria : Porsi makan dapat dihabiskan, rasa mual hilang - Observasi tanda – tanda vital sign
- Beri kompres
- Anjurkan klien banyak minum
- Jelaskan manfaat makanan nutrisi bagi klien
- Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat
- Observasi jumlah porsi makanan yang telah dihabiskan
- Kolaborasi dengan tim dokter dan gizi dalam pemberian therapy
- Untuk mengetahui keadaan umum dan perkembangan klien
- Kompres hangat akan membantu menurunkan suhu tubuh
- Dengan banyak minum maka cairan dalam tubuh akan seimbang
- Meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi
- Dapat mempermu dah proses perencanaan
- Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi bagi klien
- Penting dalam penyembuhan penyakit
IMPLEMENTASI

Nama : “A”
Umur : 27 thn
Diagnosa : Typhoid
No DP Tgl dan waktu Tindakan Keperawatan dan respon T. Tangan
I

ii 01-12-2008 09.00 WIB
01-12-2008
11.00 WIB - Mengobservasi tanda-tanda vital sign Nadi, RR, dan Suhu
- Memberikan kompres hangat pada daerah frontalis
- Menganjurkan klien banyak minum
- Menganjurkan klien tidak memakai pakaian yang tebal
- Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Kolaborasi dengan tim dokteri

- Menjelaskan manfaat makanan nutrisi bagi klien
- Mengobsevasi klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang telah dihabiskan
- Memberikan makanan dalam porsi kecil dan hangat
- Berkolaborasi dengan tim dokter dan ahli gizi
ANALISA DATA

Nama Pasien : “A”
Umur : 27 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
No. RM :0900133/230049
Diagnosa Medis : Typhoid
No DATA ETIOLOGI MASALAH
1
2 DS :
Klien (ibunya) menyatakan badan anaknya panas dan kadang-kadang merasa kedinginan, batuk pilek
DO :
Klien gelisah
Tanda vital sign : S : 38,50C, N : 120x/mnt, RR : 24x/mnt

DS :
Ibu lien menyatakan anak nya tidak ada nafsu makan apabila dipaksaan akan mual dan muntah
DO :
Klien terlihat tidak ada nafsu makan
Porsi makan yang diberikan habis 1-4 sendok makan
BB Sblm MRS 12 Kg
BB Sdh MRS 10,5 Kg
TB : 90 cm Demam typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi dan edotoksin

mempengaruhi pusat hipotalamus

mengakibatkan gejala demam dan peningkatan suhu tubuh

kuman typhoid disebabkan kuman salmonella typhi

masuk ke dalam lambung maka sekret asam lambung

mempengaruhi pusat medula oblongata

terjadi muntah, nafsu makan menurun. Peningkatan suhu tubuh
Gangguan pemenuhan nutrisi tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : “A”
Umur : 27 thn
Diagnosa medis : Typhoid
No Tgl Masalah Muncul T. Tgn Diagnosa Keperawatan Tgl Teratasi ket
1
2 01-12-2008
01-12-2008 Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat 02-12-2008
02-12-2008 Panas sudah teratasi
Klien merasa nyaman
Nafsu makan bertambah
CATATAN KEPERAWATAN
Nama pasien : “A”
Umur : 27 thn
Jenis kelamin : Laki-laki
Tgl Diagnosa Keperawatan Perkembangan T. Tgn
01-12-2008
01-12-2008
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan suhu tubuh yang meningkat
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang tidak adekuat S :
Ibu klien mengatakan panas anaknya mulai turun, batuk dan pilek berkurang

O : Tanda-tanda vital sign : N :
100x/mnt, RR : 24x/mnt, T : 36,80C
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai karena pasien
pulang
S :
Klien menyatakan nafsu makan bertambah dan tidak mual
Ibu klien menyatakan anaknya sudah ada nafsu makan dan muntah berkurang

O : Porsi makan yang disediakan dapat
dihabiskan
A : masalah teratasi
P : Intervensi selesai, pasien pulang

DAFTAR PUSTAKA

Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jilid 1. Fakultas Kedokteran VI.2001

Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Marilynn E. Doenges. Egc. 2000

Tidak ada komentar: